Monday, July 15, 2019

PENDAPAT PARA AHLI TENTANG PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENDAPAT PARA AHLI TENTANG PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Apa itu pembelajaran kooperatif ? Tentu kita tidak akan puas memahami pengertian atau makan pembelajaran kooperatif tanpa mengetahui pendapat para ahli tentang pembelajaran kooperatif. Berikut ini sedikit penjelasn tantang beberapa pendapat para ahli tentang pembelajaran kooperatif, diantaranya:

1. Muslimin Ibrahim dkk (2000:2-11)
Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan (reward). Struktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Pada pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Struktur tujuan suatu pembelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan siswa pada saat mengerjakan tugas mereka. Tiap-tiap individu ikut andil menyumbang pencapaian tujuan tersebut. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Satu sama lain saling tergantung untuk mencapai tujuan yang kelompok mereka.

Pada struktur penghargaan pembelajaran kooperatif, keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh semua anggota kelompok bukan disebabkan oleh keberhasilan satu atau dua orang. Mereka akan berbagi penghargaan seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.

Didalam pembelajaran kooperatif terdapat unsur-unsur yang penting sebagai berikut:
1)  Setiap anggota dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
2) Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3) Semua anggota dalam kelompok mempunyai tujuan yang sama.
4) Setiap anggota membagi tugas dan tanggung jawab yang sama.
5) Setiap anggota dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan.
6) Setiap anggota berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama.
7) Setiap anggota diminta mempertanggung jawabkan secara individu yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan:
1) Hasil belajar akademik.
Meskipun pada pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas belajar.
2) Penerimaan terhadap keragaman (ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, ketidakmampuan).
3) Mengembangkan ketrampilan sosial.
Tujuan pembelajaran ini sangat penting karena mengajarkan kepada siswa keterampilan untuk bekerja sama. Disamping itu pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Di dalam masyarakat banyak pekerjaan orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling tergantung satu sama lain.

Dalam pembelajaran guru mempunyai peranan yang penting, oleh sebab itu perlu diambil langkah-langkah persiapan pembelajaran kooperatif yaitu:
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
2) Guru menyampaikan informasi.
3) Guru mengorganisasi siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
4)  Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5) Guru mengadakan evaluasi hasil belajar.
6) Guru memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.


2. W Gulo (2002:127-131)
Menurut W Gulo (2002:127-131), Pada pembelajaran kooperatif terdapat lima ciri-ciri pokok yaitu:
1) Interaksi
Anggota-anggora suatu kelompok terikat pada pokok pembicaraan tertemu. Keterikatan pada pokok pembicaraan ini menimbulkan komunikasi. lni terjadi dalam bentuk tatap muka, walaupun dengan kemajuan teknologi komunikasi dapat juga terjadi melalui alat komunikasi (telepon, televisi).
Di dalam kelompok, seseorang berbicara, yang lain mendengar, ada juga yang bertanya dan ada yang menjawab, ada yang berbicara penuh emosi, ada juga yang mendebat yang lain, dan sebagainya. Kadang-kadang ada anggota kelompok yang berfungsi juga sebagai narasumber bagi kelompoknya. Tetapi tak jarang juga terdapat anggota yang tidak berbicara, tidak menyumbangkan pendapat, yang membuat kelompok menjadi kurang efsien dan kurang kohesif. Hal ini bisa terjadi karena merasa asing di dalam kelompok, rasa malu, takut berkata salah, merasa tertekan, dan sebagainya. Hal-hal semacam ini perlu diatasi supaya interaksi dalam kelompok lebih intensif.

2) Tujuan
Suatu kelompok diskusi mempunyai tujuan bersarna yang jelas. Tanpa tujuan yang jelas, maka kelompok itu mengalami disintegrasi. Tujuan yang samar-samar menyebabkan kurangnya motivasi di antara anggota kelompok untuk berusaha mencapai tujuan. Ikatan kelompok menjadi kurang kukuh, kohesivitasnya lemah.

3) Kepemimpinan
Saat diskusi kelompok. Ada interaksi di antara satu dengan yang lain, dan pernbicaraan itu terarah pada satu tujuan. Juga ada kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan ini tidak selalu berada pada diri seseorang tetapi dapat berpindah-pindah dari satu kepada yang lain. Pada saat seseorang berbicara, maka dialah pemimpin pembicaraan di dalam kelompok.

Perpindahan fungsi kepemimpinan ini berjalan dengan sendirinya tanpa mengganggu kelancaran arus pembicaraan dalam kelompok itu. Sering juga kepemimpinan suatu kelompok ditetapkan secara formal oleh anggota-anggota kelompok sendiri. Hal itu dilakukan supaya pembicaraan berjalan secara berdisiplin dan terarah pada tujuan. lni tidak berarti bahwa fungsi kepemimpinan menumpuk pada diri seseorang. Fungsi kepemimpinan itu dibagi-bagi di antara anggota kelompok guna memanfaatkan secara optimal kelebihan-kelebihan yang ada pada setiap anggota. Tingkah laku yang tampak dalam fungsi kepemimpinan itu ialah:

a)    Prakarsa (insentif), mengemukakan pendapat tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana mengerjakan¬nya di dalam kelompok.
b)    Menyumbang informasi, memberi informasi yang relevan guna membantu kelompok menyelesaikan masalah.
c)    Pendapat, yaitu memberi pendapat tentang sesuatu yang dibicarakan atau yang dikerjakan.
d)    Klarifikasi, memperjelas dan mempertegas kembali pendapat anggota lain sehingga setiap anggota memahami dengan jelas.
e)    Kontrol, meyakinkan bahwa pekerjaan telah terlaksana sebagaimana mestinya pada tahap-tahap tertentu.
f)     Standar, mengemukakan tolok ukur atau patokan untuk mengidentifikasikan kualitas dari urunan pendapat dan partisipasi anggota.
g)    Harmonisasi, mengurangi ketegangan atau konflik yang muncul dalam kelompok.
h)    Perangkuman, yaitu meninjau ulang dan menyimpulkan apa yang telah dilakukan.
i)      Regulasi, menjaga adanya giliran berbicara yang lebih merata di antara anggota kelompok.

4)    Norma
Seriap anggota dalam kelompok terikat pada norma-norma tertentu. Umumnya norma-norma tersebut bersifat implisit tetapi sering juga dinyatakan secara eksplisit. Norma-norma tersebut harus ditaati oleh anggota kelompok, seperti: tidak berbicara keras-keras, tidak boleh melarang anggota lain berbicara, berbicara tidak lebih dari 3 menit, berbicara melalui pimpinan kelompok, dan sebagainya. Ketaatan pada norma-norma ini akan membuat kelompok lebih kohesif dan efisien.

5) Emosi
Setiap anggota dalam kelompok mengalami cetusan-cetusan emosional tertentu. Rasa bosan, kecewa, senang, kesal, tertarik, merasa ditolak, merasa bangga, dan sebagainya, semuanya bisa terjadi jika setiap orang aktif di dalam kelompok. Untuk membina perasaan-perasaan positif, setiap anggota harus mengakui kehadiran sesamanya. Di dalam pembelajaran, seseorang berbicara, yang lain mendengar, ada juga yang bertanya dan ada yang menjawab, ada yang berbicara penuh emosi, ada juga yang mendebat yang lain, dan sebagainya.

Peran guru sangat penting di dalam pembelajaran yaitu berusaha mendorong timbulnya faktor-faktor positif dan mengurangi faktor-faktor negatif. Ini penting supaya tujuan pembelajaran dapat mencapai optimal. Sebelum masuk ke dalam pembelajaran kooperatif, guru harus mengetahui pasti bahwa setiap siswa telah mengetahui tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Dari pemahaman kita tentang ciri-ciri kelompok, dapat dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok, antara lain:
1)    Anggota kelompok yang sok tahu, yang selalu tidak setuju dan tidak menghargai pendapat orang lain. Sifat demikian dapat menghambat proses kerja kelompok dan mengurangi kekompakan.
2)    Anggota yang selalu berbicara terlalu banyak sehingga anggota yang lain bersifat pasif dan hanya berfungsi sebagai pendengar.
3)    Status sosial anggota, kemungkinan ada anggota yang statusnya lebih tinggi dan kurang mampu mengintegrasikan diri dengan anggota-anggota lainnya.
4)    Perasaan ragu, interaksi antar anggota dapat pula terhambat karena ada anggota yang ragu-ragu mengemukakan pendapatnya karena terlalu memperhitungkan reaksi orang lain terhadap apa yang akan dikemukakannya.
5)    Merasa rendah diri, sehingga mudah tersinggung jika dikritik, reaksi berlebihan jika mendapat pujian menganggap bahwa semua kecaman atau kritikan diarahkan pada dirinya, suka mengecam atau merendahkan orang lain.
6)    Anggota yang selalu siap membantu, baik dalam memberikan informasi, saran atau tenaga yang diperlukan dalam proses kerja kelompok.
7)    Besarnya kelompok, makin besar kelompok, makin kurang intensif interaksi dan makin lama proses kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

3. H. Erman Suherman dkk (2003:260-262)
Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, mengerjakan tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar para siswa duduk bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan masalah secara sendiri-sendiri atau para siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :
1)  Para siswa tergabung di dalam suatu kelompok yang harus merasa bahwa mereka adalah bagian sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai.
2) Para siswa tergabung di dalam suatu kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan berhasil tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok.
3) Untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang bergabung dalam kelompok itu harus bicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

Ada beberapa cara menggunakan pembelajaran kooperatif bagi siswa di sekolah:
1) Memanfaatkan tugas pekerjaan rumah.
Dibentuk beberapa kelompok siswa dengan ukuran antara tiga sampai lima orang setiap kelompoknya. Untuk memulai siswa belajar mereka diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan hasil pekerjaan rumahnya antara anggota kelompoknya. Pada saat diskusi antar siswa dalam kelompok sedang berlangsung, guru dapat membimbing memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dengan memberi pertanyaan-pertanyaan kunci atau saran-saran tertentu. Bila perlu dapat memberikan perhatian secara individual untuk siswa yang tidak aktif.

2) Pembahasan materi baru .
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, para siswa bergabung dalam kelompok-kelompok kecil untuk berdiskusi dan menyelesaikan soal latihan, kemudian menyerahkan hasil kerja kelompok kepada guru. Jika diperlukan, selanjutnya guru memimpin diskusi tentang pekerjaan kelompok itu yang membutuhkan penjelasan.
Untuk mengoktimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, keanggotaan sebaiknya heterogen, baik dari kemampuan maupun karakteristik lainnya. Untuk menjamin heterogenitas keanggotaan kelompok, maka gurulah yang membentuk kelompok-kelompok tersebut

4. Mohamad Nur dan Prima Retno Wikandari (2000:25)
Menurut Mohamad Nur dan Prima Retno Wikandari (2000:25), Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode-metode pengajaran suatu kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.

5. Dimyati dan Mudjiono (2002:165-169)
Pada pembelajaran kelompok umumnya terdiri dari 3-8 orang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil ini, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat terjadi dikarenakan :
1) Hubungan antar guru dan siswa menjadi lebih sehat dan akrab.
2) Siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan minat.
3) Siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar, kriteria keberhasilan.
Pada pembelajaran secara kelompok mempunyai ciri-ciri yang menonjol dapat ditinjau dari segi: tujuan pembelajaran, siswa dalam pembelajaran, guru sebagai pembelajar, program pembelajaran, dan orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran.

1) Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran pada kelompok kecil adalah
a)    Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah secara rasional.
b)    Mengembangkan sifat sosial dan semangat bergotong royong dalam kehidupan sehari-hari.
c)    Mendinamiskan kegiatan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap anggota merasa diri sebagai bagian dari kelompok yang bertanggung jawab.
d)    Mengembangkan kemampuan kepemimpinan- keterpimpinan pada setiap anggota kelompok dalam memecahkan masalah kelompok.
2) Siswa dalam Pembelajaran
Siswa dalam kelompok belajar adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok merupakan merupakan satuan kerja yang kompak kohesif. Ciri-ciri kelompok yang menonjol sebagai berikut
a) Setiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok.
b) Setiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok, memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung.
c) Ada interaksi dan komunikasi antara anggota.
d) Ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok.
3) Guru sebagai Pembelajar
Peranan guru dalam pembelajaran terdiri dari
a) Membentuk kelompok.
b) Merencanakan tugas kelompok.
c) Melaksanakan pembelajaran.
d) Evaluasi hasil belajar kelompok.
4) Program Pembelajaran
Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok Pembelajaran kelompok kecil merupakan strategi pembelajaran “antara” untuk memperhatikan individu. Pembelajaran kelompok dapat dapat ditempuh guru dengan jalan :
a) Membagi kelas kedalam beberapa kelompok kecil.
b) Membagi kelas dengan memberi kesempatan untuk belajar perorangan dan berkelompok kecil.
5)      Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan Pembelajaran
Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran adalah peningkatan kemampuan kerja kelompok yaitu belajar kepemimpinan dan keterpimpinan.

Berdasarkan pendapat para pakar maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif meliputi beberapa langkah kegiatan yang harus dilakukan:
1) Banyaknya anggota kelompok hendaknya tidak terlalu banyak yaitu antara 3 – 8 siswa.
2) Anggota kelompok hendaknya heterogen
3) Semua anggota kelompok mempunyai rasa kebersamaan, keberhasilan kelompok merupakan keberhasilan bersama dan kegagalan kelompok merupakan kegagalan semua anggota. Keberhasilan kelompok mencerminkan keberhasilan individu para anggotanya.
4) Dalam suatu kelompok harus ada yang memimpin dan yang rela dipimpin.
5) Dalam pembelajaran, kelompok yang berhasil diberi penghargaan dan yang kurang berhasil diberi motivasi agar berhasil dan guru memberi bantuan secara individu kepada siswa yang lemah.
6) Pembelajaran kelompok dapat meningkatkan keaktifan siswa.
7) Peran guru sangat penting pada pembelajaran terutama untuk meminimalisir efek negatip dari pembelajaran kooperatif. Oleh sebab itu guru harus memantau jalannya diskusi.




= Baca Juga =



Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon