Prinsip belajar dan pembelajaran merupakan ketentuan hukum yang harus dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar. Seorang ilmuwan berpendapat bahwa belajar anak berbeda dengan belajar orang dewasa karena anak belajar setiap saat. Prinsip belajar anak akan memberikan implikasi terhadap tugas guru. Cermati prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran yang dapat digunakan di TK atau SD Kelas bawah, sebagai berikut.
a) Anak adalah pembelajar
aktif
Ketika kita mengatakan anak
aktif, yang perlu kita pahami adalah sifat-sifat mulitidimensional dari
aktivitas anak tersebut. Pertama ketika mereka
bergerak, mereka mencari
stimulasi yang dapat meningkatkan keselamatan
anak untuk belajar. Kedua, anak menggunakan seluruh
tubuhnya sebagai alat
untuk belajar dan melibatkan semua
alat indranya seperti
merasakan, menyentuh, mendengar, melihat,
mengamati, suatu objek
atau melakukan eksplorasi. Contoh:
ketika anak melihat
buah ia akan melihat,meraba, mencium, menggigit. Untuk mencoba rasanya, ia akan menanyakan
buah apa, dan ia akan
mendengarkan penjelasan
tentang nama buah
tersebut dari guru
atau orang tua atau orang dewasa lainnya. Ketiga, anak adalah peserta yang aktif dalam
mencari pengalamannya sendiri. Ketika anak melihat mainan ia akan
mencoba sendiri, mengidentifikasi terdiri
dari apa, bagaimana cara
kerjanya sampai ia
menentukan sendiri tanpa diajari. Bagaimana menurut pendapat
Anda implikasi prinsip-prinsip belajar tersebut terhadap tugas guru? Guru atau
praktisi dalam memfasilitasi
belajar anak hendaknya
memberi kesempatan kepada anak
dengan berbagai rangsangan
maupun kegiatan-kegiatan dan
objek-objek, benda, benda
yang dapat merangsang indra anak.
Anak sebaiknya memperoleh
pengalaman langsung (hands on experience). Misalnya anak diajak
karyawisata ke kebun untuk mengenal tanaman.
Guru harus mengamati
anak dengan cermat sehingga dapat
mencari alternatif terbaik untuk memenuhi kebutuhan anak.
b) Belajar anak dipengaruhi
oleh kematangan
Kematangan merupakan
suatu masa dimana
pertumbuhan dan perkembangan
mencapai titik kulminasi untuk melaksanakan tugas perkembangan tertentu.
Kematangan yang dicapai
oleh setiap individu pada
prinsipnya berbeda. Implikasinya
terhadap guru adalah guru
harus memahami bagaimana
kematangan anak itu dapat
dicapai, dan menetapkan
apa yang harus
dilakukan dalam memfasilitasi
kematangan tersebut. Contoh anak yang telah meiliki kematangan untuk
menulis, ia akan
mudah mengekspresikan keinginan
atau pengalamannya melalui tulisan. Anak yang memiliki kematangan untuk
membaca, ia akan mudah belajar
membaca apalagi kalau cara
yang digunakan sesuai
dengan karakteristik perkembangan
anak.
c) Belajar anak dipengaruhi
oleh lingkungan
Anak memperoleh pengetahuan
dan keterampilan tidak hanya dari kematangan,
tetapi lingkungan pun
memberikan kontribusi yang sangat
berarti dan sangat
mendukung proses belajar
anak. Anak akan belajar dengan
baik apabila merasa aman dan nyaman secara psikologis dalam lingkungannya.
Lingkungan tersebut
bukan hanya lingkungan fisik, tetapi
juga lingkungan psikologis”. Agar belajar anak optimal, maka diperlukan lingkungan yang
dapat menstimulasi anak
untuk melakukan berbagai aktivitas
sehingga anak dapat
mengembangkan pemahaman
barunya melalui mengamati
atau berpartisipasi dengan guru
juga anak-anak lainnya, atau dengan
orang dewasa lainnya.Contoh anak akan
mudah belajar membaca
apabila disediakan area baca yang telah dilengkapi dengan bahan-bahan yang memungkinkan
anak melek huruf.
Misalnya tersedia buku-buku yang menarik
dan dapat menstimulasi
anak untuk belajar membaca, tersedia kartu kata.
Huruf-huruf, Big Book, dan bahan- bahan
lain yang merangsang
anak untuk belajar
membaca. Lingkungan sosial, umpamanya,
melihat orang lain
membaca, disuruh membaca, dihargai ketika ia bisa, didorong, dimotivasi
dan difasilitasi.
Bagaimana implikasinya
terhadap tugas guru? Guru hendaknya mengatur
atau mengorganisasi lingkungannya
agar kebutuhan biologis dan
fisik anak terpenuhi.
Contohnya di sekolah
anak memerlukan toilet kapan
pun mereka membutuhkan,
atau guru menyediakan ruang
istirahat sehingga mereka bisa istirahat ketika mereka lelah. Lingkungan juga
harus menyenangkan untuk anak. Ketika
mereka harus bermain
di luar tidak
membatasi gerak mereka.
d) Anak belajar melalui
kombinasi pengalaman fisik dan interaksi sosial
Pengalaman fisik adalah
pengalaman yang diperoleh anak melalui pengindraan terhadap objek-objek yang
ada di lingkungan sekitar anak
melalui manipulasi langsung,
mendengar, melihat, meraba, merasa, menyentuh
serta melakukan sesuatu
dengan benda-benda yang
ada di lingkungan
anak. Dengan kegiatan
tersebut anak-anak akan memperoleh pengetahuan tentang benda-benda, bagaimana
benda itu bekerja dan anak mencari hubungan antara benda satu
dengan benda lain.
Pengetahuan akan muncul tidak hanya dari kegiatan
pasiftetapi juga dari
aktivitas berpikir anak. Contoh ketika
anak melihat panci
ia akan melihat
panci itu apa, bagaimana menggunakannya, apa
hubungan panci dengan tutupnya dan sebagainya.
Pengalaman sosial anak
dengan lingkungan fisik dan objek-objek juga
dipengaruhi oleh orang
lain. Menurut Vigotsky
ketika anak bermain dan
berkata dengan kelompok
atau dengan guru
dan dengan orang dewasa
lainnya, mereka akan
mengembangkan, mengubah, menafsirkan ide-idenya.
Contohnya; anak belajar bahasa dari
lingkungannya apabila guru
di sekolah sering memberikan kesempatan pada anak untuk
berkomunikasi dengan guru, dengan anak lainnya, maka anak akan mudah
berkomunikasi apalagi jika didukung
oleh lingkungan sosial
yang hangat dan menyenangkan, misalnya
anak dihargai pendapatnya,
direspon pertanyaannya, diberi
penguatan yang bermakna baik
penguatan verbal maupun dengan
penguatan non verbal.
Contoh pengutan verbal “Dimas bagus sudah dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
mari beri tepuk tangan”. Sedangkan
contoh penguatan non verbal dengan gerakan mengacungkan jempol kepada anak yang
sudah menyelesaikan tugasnya.
Bagaimana implikasinya
terhadap guru? Guru
hendaknya menyediakan
lingkungan belajar bagi
anak yang dapat
memberi kesempatan pada anak untuk berinteraksi melalui lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial
sehingga anak akan
menemukan pengetahuannya
sendiri dan merefleksikan
dalam berbagai aktivitasnya.
Lingkungan seperti itu harus diciptakan oleh guru dan guru harus selalu
memfasilitasi anak dalam belajar.
e) Anak belajar dengan gaya
yang berbeda
Pernahkan Anda memperhatikan
ketika anak sedang belajar? Anda tentu
akan melihat anak
yang cepat memahami
sesuatu karena melihat. Ada
juga anak yang
memahami lebih cepat
kalau mendengar atau dia harus
bergerak, menyentuh, memegang dan sebagainya.
Seorang ilmuwan berpendapat
bahwa setiap anak
memiliki gaya belajar berbeda.
Ada yang tipe auditif ada juga
yang tipe visual, atau
kinestetik. Contoh anak
yang tipe visual,
akan merespon sesuatu secara
lebih baik terhadap
apa yang mereka
lihat. Anak yang tipe
auditif akan merespon
lebih baik terhadap
apa yang mereka dengar.
Gaya belajar anak
yang kinestetik adalah
yang selalu harus bergerak dan secara terus menerus menyentuh benda untuk
mendapatkan konsep.
Implikasi dari
prinsip belajar tersebut terhadap
tugas guru, guru harus
menyediakan kegiatan yang
memungkinkan anak dapat menggunakan saluran
penginderaan sesuai dengan
tipe belajarnya, sehingga konsep
atau keterampilan-keterampilan tertentu
dapat diperoleh anak. Guru perlu merancang kegiatan yang dibutuhkan anak yang
dapat memberi kesempatan
pada anak untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut.
f) Anak belajar melalui bermain
Anak dapatbermain di rumah,
di sekolah dan
dimanapun dengan orang lain, dengan benda-benda dan ide-idenya sendiri.
Di sekolah anak dapat bermain pada setiap area perkembangan.
Menurut Spodel
“Bermain diartikan sebagai
suatu fundamental, karena melalui
bermain anak memperoleh
dan memproses informasi, belajar
tentang hal-hal baru,
dan melatih keterampilan yang sudah
ada. Melalui bermain
anak dapat memahami menciptakan dan
memanipulasi simbol-simbol dan
melakukan percobaan dengan peran-peran sosial. Implikasinya terhadap
tugas guru di sekolah, guru perlu menyediakan benda-benda atau objek-objek yang
memungkinkan anak melakukan
kegiatan bermain, apakah bermain
peran, bermain konstruktif, bermain imajinatif, dan permainan lainnya.
Selain itu guru
juga perlu menciptakan lingkungan sosial
yang mendukung kegiatan
bermain bagi anak. Guru juga dapat menggunakan lingkungan
sekolah sebagai sarana belajar anak yang dirancang secara efektif
EmoticonEmoticon