Tuesday, October 15, 2019

LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN LITERASI DI SEKOLAH

Langkah-Langkah Penerapan Literasi Di Sekolah

Langkah-Langkah Penerapan Literasi Di Sekolah. Implementasi  penumbuhan budaya  literasi  di  sekolah  memerlukan  langkah - langkah   sebagai berikut:  persiapan,  pelaksanaan,  pemantauan,  evaluasi,  dan  tindak  lanjut.  Persiapan merupakan  kegiatan  menyiapkan  bahan,  personal,  dan  strategi  pelaksanaan.  Pelaksanaan merupakan operasionalisasi  hal- hal  yang telah dipersiapkan. Pemantauan, evalua si, dan  tindak lanjut  merupakan  kegiatan  untuk  mengetahui  efektivitas  kegiatan  literasi  yang  telah dilaksanakan.  Tiga  hal  yang  terakhir  ini tidak  akan  dibahas  di  sini  dan  dapat  dicermati  dalam Desain Induk GLS.

Penumbuhan literasi di sekolah dapat dilakukan melalui kegiatan rutin dan kegiatan insidental.  Kegiatan   tersebut  dilakukan  dalam  tiga   tahapan  literasi  yaitu  tahap  pembiasaan, pengembangan  dan  pembelajaran.  Agar  dapat  melaksanakan  tiga  tahapan  literasi  tersebut diperlukan kegiatan persiapan, sebagai berikut. 

A.   Persiapan  
1.   Rapat Koordinasi 
Kegiatan  ini  dilaksanakan  untuk  membicarakan  maksud  dan  tujuan  dilaksanakannya  literasi  di sekolah. Rapat koordinasi  digelar oleh kepala sekolah dan diikuti   oleh :  
a.   Kepala Sekolah
b.   Para Wakil Kepala Sekolah 
c.   Perwakilan Guru dan Karyawan

 Tujuan rapat koordinasi ini antara lain:
a.   Pemahaman tentang literasi 
b.   Pembentukan tim   literasi  sekolah (TLS)
c.   Penyusunan  garis besar program kerja literasi sekolah  (dilanjutkan oleh TLS)
d.   Persiapan materi sosialisasi lietrasi

2.   Pembentukan Tim  Li terasi   di Sekolah   (TLS) 
Kepala  sekolah  membentuk TLS   melalui  Surat  Keputusan  Kepala  Sekolah  yang  menyertakan tugas  pokok  dan  fungsi  anggota  tim.  Susunan  anggota  TLS  disesuaikan  dengan  kebutuhan sekolah  masing- masing.  Pembentukan  TLS  dapat  dibaca  dalam  buku  “ Manual  Pendukung Gerakan  Literasi  Sekolah  untuk  Jenjang  Sekolah  Menengah  Pertama.”   (Kisyani - Laksono  dkk. 2016). 

3.   Sosialisasi
a.   Sosialisasi pada Guru  dan  K aryawan . 
Sosialisasi  ini  dimaksudkan  untuk  menyamakan  persepsi  dan  komitmen  guru  dan karyawan tentang pelaksanaan kegiatan literasi di sekolah.
b.   Sosialisasi pada Siswa
Sosialisasi  ini  bertujuan  untuk  memberikan  pemahaman  tentang  literasi,  tujuan pelaksanaan literasi ,   dan mekamisme pelaksanaan literasi. 
c.   Sosialisasi pada Komite  Sekolah dan Orang Tua Siswa
Sosialisasi  pada  komite  sekolah  dan  orang  tua siswa  bertujuan  untuk  memberi tahukan adanya  kegiatan  literasi  di sekolah  dan  berharap  agar  komite  dan  orang  tua  siswa mendukung kegiatan  tersebut .   Dalam kegiatan sosialisasi ini  diperlukan narasumber yang memahami dan mampu menjelaskan tentang literasi di sekolah.

4.   Persiapan  Sarana  Prasarana 
Untuk  menumbuhkembangkan  budaya  literasi  di  sekolah  diperlukan  ekositem  sekolah  yang literat  dengan  dukungan  sarana  dan  prasarana    penunjang yang  perlu  dimiliki  oleh  sekolah  antara lain:
a.   Perpustakaan sekolah (Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007)
b.   Pojok baca di kelas dan lingkungan sekolah
c.   Satu set buku teks untuk setiap perserta didik dan 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi untuk SMP (Permendikbud No 23 tahun 2013) 
d.   Web sekolah yang disertai interface   literasi 
e.   Akses internet di lingkungan sekolah  
f.   Banner,  spanduk, poster, dan  leaflet     penumbuhan budaya literasi 

B.   Pelaksanaan 
Pada  dasarnya  ada  tiga  tahapan  pelaksanaan  GLS  di  sekolah,  dimulai  dari  Tahap  Pembiasan,  Tahap  Pengembangan,  sampai  pada  tahap  Pembelajaran. 

1. Tahap Pembiasaan
Tahap yang sebaiknya dilalui oleh setiap manusia, dimana pada tahap ini manusia mempunyai pengalaman membaca yang menyenangan, di sekolah dan juga di rumah.  Pengalaman membaca yang menyenangkan sebaiknya dimulai sedini mungkin, bahwa begitu manusia lahir ( 0 bulan ) - bayi lahir didunia siap untuk belajar. Orangtua mengajak bayi berkomunikasi melalui sentuhan (belaian), suara ( bicara & nyanyian) dan membaca. Bacakan cerita kepada bayi/ anak sesegera mungkin, bayi/ anak terpapar/ mengenal buku sedini mungkin melalui suara kedua orangtuanya. Inilah masa-masa menyenangkan bersama orangtua yang akan terekam dalam limbik anak - bahwa membaca adalah saat-saat yang menyenangkan, sehingga anak mau melakukannya lagi, lagi dan lagi.

Tahap pembiasaan yang disyaratkan GLS, adalah memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan di sekolah, bagi semua siswa. Program sederhana yang diperkenalkan adalah membaca 15 menit setiap hari sebelum pelajaran dimulai dan buku yang dibaca buku non pelajaran. Sekolah dapat memilih 2 jenis kegiatan untuk mengisi membaca 15 menit ini, yaitu:
1. Membacakan nyaring ( read aloud), dimana guru membacakan buku/ cerita kepada anak
2. Membaca mandiri, dimana guru bersama-sama dengan siswa membaca buku masing-masing.

Kedua kegiatan membaca bertujuan:
a) Membangun / mengkondisikan lingkungan fisik yang ramah literasi
b) Anak/ siswa mempunyai teladan membaca
c) Terjalin komunikasi yang baik melalui tanya-jawab seputar buku yang dibaca.

2. Tahap Pengembangan
Pada tahap pengembangan, guru bisa menggunakan tabel atau peta cerita sebagai kegiatan tindak lanjut. Semua peserta didik didorong untuk menuliskan ringkasan cerita/buku dan respon mereka di dalam peta cerita/buku. Dalam tahap ini, Mari Bertanya tentang Buku adalah Tanpa Penilaian Akademik. Untuk mendorong dan memberikan apresiasi peserta didik atas upaya mereka, peta cerita/buku yang sudah diisi bisa ditempelkan di dinding kelas. Selain itu, peserta didik juga bisa diminta menyampaikan isian peta cerita/buku kepada teman dalam kelompok atau di depan kelas.Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai Penilaian Nonakademik.

3.  Tahap Pembelajaran
Tahap pembelajaran berarti bahwa peserta didik sudah terbiasa dengan rutinitas kegiatan membaca lima belas menit selama kurun waktu tertentu. Diskusi tentang isi buku juga sudah sering dilakukan di kelas. Dengan kata lain, peserta didik sudah memiliki persepsi membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan. Dengan demikian, daftar pertanyaan dan peta cerita/buku bisa dikembangkan menjadi bagian pembelajaran bahasa dan menjadi Tagihan Akademik.




= Baca Juga =



Lorem ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.


EmoticonEmoticon