APRESIASI CERPEN DUNIAKU HARTAKU |
Sebelum mengapresiasi Cerpen berikut Kutipan Lengkap Cerpen
Duniaku Hartaku yang ditransit dari video Pembacaan cerpen yang dibacakan oleh
Teguh Setyorini.
Dunia ini sangat kental dengan yang namanya uang. Uang merupakan
zat pewarna yang selalu menghiasi indahnya kehidupan manusia setiap detiknya.
Uang juga dapat menjadi racun dunia bagi makhluknya yang menyembah keindahan
dan kemilaunya.
Tuti masih terduduk diam dalam lamunannya. Dia sangat menikmati
indahnya khayalan itu, hingga diapun tak sadar kalau di sampingnya sudah ada
seseorang yang boleh dibilang sangat mengejutkan dirinya, seseorang yang salah
satu muncul di setiap lamunannya. Seseorang yang selalu menghantui di setiap
angan-angannya, sebut saja Rendi, laki-laki yang sangat kaya, laki-laki yang
sangat tahu akan kebutuhan wanita zaman sekarang, laki-laki yang menjadi idaman
wanita baik kalangan bawah maupun kalangan atas.
“Hei…!!!” Tiba-tiba Rendi menyadarkan lamunan Tuti.
“Eh…ehm…kamu Ren? Bikin kaget aja deh, ngapain ke sini?” Tanya
Tuti.
“Ciah….ngelamunin apa ni? Kayaknya seru banget deh, ikut dunk!”
goda Rendi.
“ Ngelamunin jadi…..apa ya? udah ah…mau tahu aja kamu. Mau ke
mana?
“Biasa…jalan yuk!!!ajak Rendi.
“Jalan ke mana? Aku sih mau aja asal seperti biasa juga. Pinta
Tuti (sambil tersenyum nakal)”.
“Iya tahu lah, nggak mungkin dunk aku yang ngajak tapi
membiarkan cewek yang bayar semuanya, udah kamu tenang aja, kamu mau apa aja
pasti aku kasih deh”. Rendi meyakinkan Tuti.
“Oce deh, makasih ya sahabatku tersayang”. Rayu Tuti.
Hari itu, Tuti dan Rendi asyik dengan acara mereka, asyik dengan
belanjaan, Rendi pun tidak segan-segan untuk membayar semua belanjaan Tuti
karena menurutnya tidak menuruti kehendak Tuti sama saja dengan tidak beribadah
satu tahun. Rendi selalu memanjakan Tuti dengan segala keperluan yang
dibutuhkan Tuti, Rendi tidak pernah mempermasalahkan apa yang sudah ia berikan
untuk sahabatnya itu. Namun, dibalik semua kebaikan yang ia lakukan Rendi menyimpan
imbalan yang suatu saat nanti Tuti harus menggantikannya, imbalanya yang harus
dituruti Tuti.
“Ren, makasih ya atas semuanya”, ucap Tuti.
“Udah nggak usah dipikirin, aku senang kok bantuin kamu, buat
aku itu adalah kewajibanku untuk memenuhi kebutuhanmu, eits….jangan tersinggung
dulu, aku tidak pernah menganggap kamu remeh, atau apalah, aku ngelakuin ini
semua untuk kamu”.
“Makasih Ren, aku tahu mungkin kalau tidak karena kamu aku tidak
akan bisa memiliki ini semua, karena kamu tahu sendiri, uangku hanya cukup
untuk makan senin kamis, itu aja kadang aku makan sama kamu”. Keluh Tuti
Seiring berjalannya waktu, maka sering pula pertemuan itu mereka
lakukan sehingga tidak disangka terpupuk juga rasa-rasa diantara mereka, tapi
walaupun mereka tidak saling mengungkapkan, mereka tahu apa yang mereka rasakan
adalah perasaan yang sama, perasaan yang selalu ingin bersama, perasaan yang
selalu membuat mereka tidak ingin jauh dari satu sama lain.
Hingga tiba pada waktunya terjadi hal-hal yang membuat mereka
tidak bisa untuk menerima semua kenyataan ini, rendi akan dibawa orang tuanya
untuk pindah keluar kota, mereka sama-sama tidak ingin hal itu terjadi,
sehingga membuat mereka harus melakukan sesuatu, terlebih-lebih Tuti, dia
sangat takut kehilangan rendi, karena selain dia mencintai Rendi dia juga tidak
munafik akan apa yang dimiliki Rendi, Tuti pun dengan segala nafsu yang terjadi
pada dirinya berani untuk melakukan perbuatan yang sangat hina, dia menyerahkan
semua keperawanannya untuk Rendi tidak lain dan tidak hal agar dia selalu
bersama Rendi, begitupun dengan Rendi, ibarat kata pepatah, buah yang ada di
pohon saja masih sanggup diambil untuk dinikmati hasilnya, apalagi buah yang
sudah disuguhkan di depan mata tidak mungkin akan ditolaknya.
Dengan perasaan yang sangat menyesal perbuatan mereka diketahui
orang tua mereka. Namun walaupun mereka telah melakukan perbuatan yang sangat
hina itu, orang tua Rendi tetap akan membawa Rendi pergi ke luar kota, karena
menurut orang tua Rendi kalau sampai Rendi masih terus bersama Tuti maka Rendi
tidak akan pernah bahagia. Rendi dan Tuti sangat bingung apa yang harus mereka
perbuat, mereka tidak ingin berpisah, tapi apa jua orang tua yang harus memaksa
mereka agar tetap tidak berhubungan lagi.
“Maafkan aku Tuti, bukan aku yang menginginkan ini semua, aku
ingin kita selalu bersama, canda tawa bersama, dan hidup bersama”, ungkap Rendi
di stelpon.
“Tapi Ren, gimana dengan aku, apa kamu tidak kasihan padaku, apa
kamu tidak tersentuh sedikitpun untuk berpikir dan membicarakan baik-baik
dengan orang tuamu, aku tidak ingin kita berpisah (tabgis Tuti makin menjadi).
“Bukan aku tidak mau Tuti, tapi aku tidak tahu apa yang harus
aku lakukan, “ jawab Rendi.
Dengan terpaksa Rendi menutup gagang teleponnya.
Keesokan harinya Tuti mendengar kabar kalau Rendi sudah tidak
ada lagi, Rendi sudah pindah ke luar kota, Tutipun sangat kecewa kepada Rendi.
Karena tak sedikitpun Rendi mempertahankan perjuangan mereka, hingga akhirnya
Tuti pun memaksa untuk mencari tahu alamat Rendi sebenarnya. Dalam pencariannya
itu, Tuti tidak sia-sia karena Tuti menemukan Rendi di salah satu Supermarket,
di sana rendi sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya.
“Rendi!!!” panggil Tuti
“Rendi tunggu!” pinta Tuti.
“Tuti, kok kamu bisa ada di sini?” Tanya Rendi kaget.
“Rendi, aku ingin bicara sebentar dengan kamu, aku minta waktumu
sedikit saja, setelah itu aku janji aku tidak akan mengganggumu lagi.” Pinta
Tuti.
“Baiklah, kita cari tempat yang lebih nyaman,” ajak Rendi.
“Ren, maafkan aku bila menurutmu aku lancing untuk menemuimu,
tapi aku sangat membutuhklanmu Ren, aku janji setelah ini aku tidak akan
mengganggumu lagi”. Lirih Tuti
“Ada apa Tuti? Sepertinya kamu sangat membutuhkan
pertolonganku”. Tanya Rendi lagi
“Ren, aku mohon padamu, aku butuh bantuanmu, jujur aku malu
harus bicara apa padamu, tapi aku ras aku harus mengatakan ini semua, Ren…aku
butuh uang, karena ibuku sangat membutuhkannya, ibuku terlilit hutang dengan
rentenir, pabila kami tidak membayar hutang-hutang itu, maka aku yang akan
menjadi taruhannya, aku yang harus menikah dengan rentenir itu, aku tidak mau
Ren”, isak Tuti.
“Tuti, aku pasti akan membantumu, kamu tenang saja, aku tidak
mungkin membiarkanmu tersiksa dari semua masalah ini.”
“Makasih Ren, aku janji aku tidak akan meminta
pertanggungjawaban apa-apa denganmu karena aklu juga tahu kalau aku yang salah,
aku yang sudah menyerahkannya tubuhku untukmu, bukan kamu yang memintanya”
“Eits…..kamu jangan bicara seperti itu Tuti, aku sangat bersalah
apa yang sudah aku lakukan padmu, tidak seharusnya aku menuruti semua nafsuku,
tidak seharusnya aku meninggalkanmu setelah apa yang aku lakukan pada u, aku
sangat menyesal Tuti.
“Sudahlah Ren, kamu tidak salah, aku tidak akan menuntut apa-apa
darimu, aku datang ke sini hanya butuh bantuanmu agar hutang-hutang ibuku
lunas, dan aku tidak dinikahkan pad rentenir itu, rentenir jelek, rentenir
bodoh, dan rentenir sombong itu. Ucap Tuti.
“ Sudahlah Tuti, ini aku ada sedikit uang untuk membantumu
semoga uang ini cukup untuk membayar semua hutang-hutang ibumu”.
“Makasih Ren, jujur aku sangat malu atas apa yang aku lakukan,
aku malu seolah-olah, apa yang aku lakukan ini adalah sebagai bentuk penjualan
diri”.
“Tuti, kamu tidak boleh bicara seperti itu, maafkan aku Tuti,
aku memang laki-laki tidak jantan yang lari dari tanggung jawab, aku janji aku
pasti bertanggungjawab atas semua perbuatanku.” Ucap Rendi.
“Maksih Rendi, kalau kamu memang benar-benar ingin
bertanggungjawab, aku tidak tahu harus ku letakkan di mana mukaku ini. Dengan
berlinang air mata Rendi memluk Tuti.
“Oh, Tuhan terima kasih atas semua karuniamu, maafkan aku Tuhan
yang salah dalam melangkah. Maafkan aku yang selalu tidak pernah mengahrgai apa
yang sudah aku miliki, maafkan aku Tuhan yang sudah mengecewakan-Mu, orang
tuaku dan orang yang berada di sekitarku.” Lirih Tuti dalam hati.
“Harta benda yang tak punya batas, membunuh manusia perlahan
dengan kepuasan yang berbisa. Kasih sayang membangunkannya dan pedih perih
nestapa membuka jiwanya.”
Untuk mengapresiasi Cerpen "Duniaku Hartaku" ada
beberapa pertanyaan yang harus kita jawab diantaranya a) apakah tema cerpen
Duniaku Hartaku; b) bagaimana Penokohan cerpen Duniaku Hartaku; c) bagaimana
perwatakan cerpen Duniaku Hartaku; d) bagaimana plot atau alur cerpen Duniaku
Hartaku, e) Bagiamana setting atau latar cerpen Duniaku Hartaku, f) apakah
amanat yang terkandung dalam cerpen Duniaku Hartaku; dan g) Bagaimana sudut
pandang pengarang dalam cerpen Duniaku Hartaku
=============================
EmoticonEmoticon